Fraktur klavikula adalah terputusnya kontinuitas tulang klavikula(Apley,
1995). Sepertiga tengah adalah bagian tengah dari sebuah bidang yang terbagi
menjadi tiga bagian. Bilateral adalah dua belah pihak (kanan-kiri). Jadi,
fraktur klavikula ⅓ tengah bilateral adalah terputusnya kontinuitas tulang
klavikula pada bagian sepertiga tengah kanan dan kiri. Post merupakan awalan
yang berarti sesudah atau setelah.
Operasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh ahli bedah khususnya
tindakan ditujukan untuk bagian tubuh yang cacat atau rusak (Dorland, 1994). ORIF atau Open
Reduction Internal Fixation apabila diartikan menurut kata adalah : “Open”
yang berarti membuka (Warsito Wojo, 1982), “Reduction” berasal dari bahasa
inggris yang berarti koreksi patah tulang (Ahmad Ramli, 2000). “Internal”
berasal dari bahasa inggris yang berarti dalam (Wasito Wojo, 1979). “Fixation:”
berasal dari bahasa inggris yang berarti keadaan ditetapkannya suatu kedudukan
yang tidak dapat berubah (Ahmad Ramli, 2000). Sehingga dapat disimpulkan ORIF
adalah
koreksi patah tulang dengan jalan membuka dan memasang sesuatu yang tidak dapat berubah / fixasi didalam pada tulang tersebut.
koreksi patah tulang dengan jalan membuka dan memasang sesuatu yang tidak dapat berubah / fixasi didalam pada tulang tersebut.
Kirschner Wire adalah kawat logam untuk transfiksi rangka suatu
tulang yang patah, kawat ini dimasukkan melalui bagian lunak dan tulang serta
ditahan kuat pada suatu klem. “Pasca” berasal dari bahasa latin yang berarti
setelah dan “Operasi’ adalah suatu tindakan pembedahan bisa diarahkan ke otot,
tendon, sendi dan tulang (JN. Aston, 1996).
2. Patologi Masalah
Tindakan operasi pada fraktur klavikula dilakukan incisi pada bagian
depan tulang klavikula yang menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan lunak
dibawah kulit maupun pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan suatu proses
radang. Pada dasarnya penyembuhan pada jaringan lunak di bagi menjadi 3
tingkatan yaitu Injury, Inflamation, dan Repair (Dandy, 1993). Pada
tingkat Injury otot dan jaringan lunak yang di sayat pada proses operasi
akan mengalami perdarahan dan kematian pada beberapa jaringan tersebut.
Kemudian akan terjadi penggumpalan darah yang terkumpul pada daerah incisi.
Adanya proses tersebut direspon tubuh dengan mengeluarkan leukosit yang
berfungsi untuk fagositosis jaringan yang mati tersebut. Tingkat Inflamation
dimana ditandai dengan adanya reaksi radang yang terjadi pada 24 jam pertama.
Kerusakan jaringan tersebut akan menstimulus pengeluaran zat-zat kimiawi dari
dalam tubuh yang membuat nyeri. Tanda-tanda radang seperti bengkak, nyeri,
panas, kemerahan dan gangguan fungsi biasanya ditemukan pada fase ini. Fase
selanjutnya adalah repair ditandai dengan terbentuknya fibroblast
pada hari 2-3 dan gumpalan darah/hematoma yang kemudian akan diganti oleh
jaringan granulasi. Pada hari ke 3-4 jaringan granulasi akan mengganti exudat
dan jaringan yang mati dengan jaringan yang baru. Antara hari 3-14 fibroblast
akan menghasilkan serabut klage yang akhirnya akan terbentuk jaringan parut
atau cicatrix yang miskin akan vaskularisasi. Pada hari ke 5 akan muncul
tensile strength yaitu kekuatan untuk mencegah terbukanya luka kembali
tetapi belum maksimal.
Pada operasi biasanya terlebih dahulu dilakukan tindakan anasthesi (pembiusan),
agar pasien tidak merasakan sakit ketika dilakukan pembedahan. Salah satu
bentuk pembiusan yang dilakukan adalah pembiusan general atau umum. Efek
pembiusan umum sama halnya dengan
menurunkan seluruh aktifitas sistem tubuh. Salah satu sistem tubuh yang
terganggu aktifitasnya adalah sistem kardiorespirasi. Penurunan aktifitas
transportasi sekret oleh mukosa silia pada jalan nafas dapat menyebabkan
terjadinya penumpukkan sekresi pada jalan nafas, akibatnya dapat menganggu
kelancaran jalan nafas. Pada sistem jantung, gangguan yang tampak adalah
terjadinya penurunan tekanan darah sebagai akibat dari penurunan aktifitas jantung
dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Penurunan tekanan darah yang terlalu lama
dapat menyebabkan gangguan simpatis jantung berupa jantung kurang merespon
terhadap perubahan tekanan yang di terima oleh tubuh. Tekanan tersebut berupa
tekanan darah perifer yang dipengaruhi oleh gravitasi. Hal ini akan terlihat
ketika pasien di dudukkan atau berdiri. Pasien akan merasa pusing, pandangan
kabur/berkunang-kunang, jantung berdebar-debar, ingin muntah bahkan sampai
sesak nafas yang merupakan manifestasi adanya mekanisme saling kompensasi yang
gagal sistem kardiorespirasi. Naiknya kebutuhan oksigen oleh tubuh, sedikitnya
kandungan oksigen dalam darah serta kerja jantung yang kurang dapat merespon
dengan cepat aktifitas hemodinamik tubuh.
b.
Teknologi Fisioterapi
1) Breathing Exercise
Adanya
latihan nafas, diharapkan pertukaran oksigen dalam paru menjadi lebih lancar
sehingga kadar oksigen dalam darah tinggi. Apabila tubuh melakukan suatu kerja
maka kebutuhan suplai oksigen dipastikan akan meningkat pula. Oksigen yang
dibutuhkan, dibawa oleh peredaran darah yang dikendalikan oleh jantung. Dengan
kata lain kebutuhan oksigen tubuh dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
kadar oksigen yang terkandung dalam aliran darah dan kelancaran aliran darah
yang membawanya. Pada pasien paska operasi yang menggunakan biusan secara
general biasanya kedua hal tersebut mengalami gangguan. Breathing Exercise
dilakukan dengan tujuan peningkatan kadar oksigen dalam darah yang mana bila
tubuh membutuhkan maka paru-paru tidak perlu meningkatkan frekuensi
pernafasannya untuk memperbanyak kadar oksigen dalam darah. Apabila hal itu
gagal/masih belum mencukupi maka, jantung harus mengkompensi kebutuhan tersebut
dengan meningkatkan frekuensi pemompaaan (terasa berdebar-debar). Apabila
keaadan diatas tidak mencukupi untuk mensuplai kebutuhan oksigen, maka yang
terajadi adalah otak akan mengalami kekurangan oksigen sehingga terasa pusing.
Dengan Breathing Exercise diharapkan semua kemungkinan timbulnya pusing
(adanya Hipotensi Ortostatik) dapat dikurangi/hilang (Kisner, 1996 ).
2) Relaxed Passive Exercise
Gerakan pasif yang
dilakukan oleh kekuatan dari luar atau terapis secara lambat, terus – menerus
dan hanya pada batas nyeri. Jika penderita sudah merasa nyeri pada ROM tertentu
maka gerakan harus dihentikan. Efek yang diperoleh dari relaxed passive
movement adalah : memelihara ROM, mencegah kontraktur, memlihara integritas
dari jaringan lunak dan elastisitas otot, meningkatkan sirkulasi darah vena,
meningkatkan produksi cairan synovial dan nutrisi kartilago sendi, memelihara
pola gerak,fungsional, mengurangi rasa nyeri ( Gardiner, 1981).
3) Free Active Exercise
Latihan
gerak aktif merupkan gerakan yang terjadi akibat dari kerja otot – otot anggota
tubuh itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu bantuan atau tahanan yang
berasal dari luar, kecuali gravitasi. Efek yang dihasilkan dari terapi ini
adalah : (1) mendidik system neuromuskuler, yaitu otot–otot yang sedang bekerja
pada suatu gerakan dapat terangsang sehingga dapat membuat gerakan menjadi disadari,
(2) merangsang daya ingat pasien dengan cara melihat gerakan yang dilakukan,
(3) menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri pasien untuk berani menggerakkan
anggota tubuh yang sakit tersebut, (4) memelihara dan meningkatakan LGS, (5)
meningkatkan kekuatan otot ( Kisner, 1996 ).
4)
Latihan Kesimbangan Duduk
Dilakukan
sebagai persiapan pasien ke arah fungsionalnya, apabila pasien dapat duduk
diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap orang lain dalam
malakukan aktifitas, terutama perawatan diri.
No comments:
Post a Comment