Friday, October 19, 2012

Fraktur klavikula


Fraktur klavikula adalah terputusnya kontinuitas tulang klavikula(Apley, 1995). Sepertiga tengah adalah bagian tengah dari sebuah bidang yang terbagi menjadi tiga bagian. Bilateral adalah dua belah pihak (kanan-kiri). Jadi, fraktur klavikula ⅓ tengah bilateral adalah terputusnya kontinuitas tulang klavikula pada bagian sepertiga tengah kanan dan kiri. Post merupakan awalan yang berarti sesudah atau setelah.
Operasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh ahli bedah khususnya tindakan ditujukan untuk bagian tubuh yang cacat atau rusak (Dorland, 1994). ORIF atau Open Reduction Internal Fixation apabila diartikan menurut kata adalah : “Open” yang berarti membuka (Warsito Wojo, 1982), “Reduction” berasal dari bahasa inggris yang berarti koreksi patah tulang (Ahmad Ramli, 2000). “Internal” berasal dari bahasa inggris yang berarti dalam (Wasito Wojo, 1979). “Fixation:” berasal dari bahasa inggris yang berarti keadaan ditetapkannya suatu kedudukan yang tidak dapat berubah (Ahmad Ramli, 2000). Sehingga dapat disimpulkan ORIF adalah
koreksi patah tulang dengan jalan membuka dan memasang sesuatu yang tidak dapat berubah / fixasi didalam pada tulang tersebut.
Kirschner Wire adalah kawat logam untuk transfiksi rangka suatu tulang yang patah, kawat ini dimasukkan melalui bagian lunak dan tulang serta ditahan kuat pada suatu klem. “Pasca” berasal dari bahasa latin yang berarti setelah dan “Operasi’ adalah suatu tindakan pembedahan bisa diarahkan ke otot, tendon, sendi dan tulang (JN. Aston, 1996).
2. Patologi Masalah
Tindakan operasi pada fraktur klavikula dilakukan incisi pada bagian depan tulang klavikula yang menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan lunak dibawah kulit maupun pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan suatu proses radang. Pada dasarnya penyembuhan pada jaringan lunak di bagi menjadi 3 tingkatan yaitu Injury, Inflamation, dan Repair (Dandy, 1993). Pada tingkat Injury otot dan jaringan lunak yang di sayat pada proses operasi akan mengalami perdarahan dan kematian pada beberapa jaringan tersebut. Kemudian akan terjadi penggumpalan darah yang terkumpul pada daerah incisi. Adanya proses tersebut direspon tubuh dengan mengeluarkan leukosit yang berfungsi untuk fagositosis jaringan yang mati tersebut. Tingkat Inflamation dimana ditandai dengan adanya reaksi radang yang terjadi pada 24 jam pertama. Kerusakan jaringan tersebut akan menstimulus pengeluaran zat-zat kimiawi dari dalam tubuh yang membuat nyeri. Tanda-tanda radang seperti bengkak, nyeri, panas, kemerahan dan gangguan fungsi biasanya ditemukan pada fase ini. Fase selanjutnya adalah repair ditandai dengan terbentuknya fibroblast pada hari 2-3 dan gumpalan darah/hematoma yang kemudian akan diganti oleh jaringan granulasi. Pada hari ke 3-4 jaringan granulasi akan mengganti exudat dan jaringan yang mati dengan jaringan yang baru. Antara hari 3-14 fibroblast akan menghasilkan serabut klage yang akhirnya akan terbentuk jaringan parut atau cicatrix yang miskin akan vaskularisasi. Pada hari ke 5 akan muncul tensile strength yaitu kekuatan untuk mencegah terbukanya luka kembali tetapi belum maksimal.
Pada operasi biasanya terlebih dahulu dilakukan tindakan anasthesi (pembiusan), agar pasien tidak merasakan sakit ketika dilakukan pembedahan. Salah satu bentuk pembiusan yang dilakukan adalah pembiusan general atau umum. Efek pembiusan  umum sama halnya dengan menurunkan seluruh aktifitas sistem tubuh. Salah satu sistem tubuh yang terganggu aktifitasnya adalah sistem kardiorespirasi. Penurunan aktifitas transportasi sekret oleh mukosa silia pada jalan nafas dapat menyebabkan terjadinya penumpukkan sekresi pada jalan nafas, akibatnya dapat menganggu kelancaran jalan nafas. Pada sistem jantung, gangguan yang tampak adalah terjadinya penurunan tekanan darah sebagai akibat dari penurunan aktifitas jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Penurunan tekanan darah yang terlalu lama dapat menyebabkan gangguan simpatis jantung berupa jantung kurang merespon terhadap perubahan tekanan yang di terima oleh tubuh. Tekanan tersebut berupa tekanan darah perifer yang dipengaruhi oleh gravitasi. Hal ini akan terlihat ketika pasien di dudukkan atau berdiri. Pasien akan merasa pusing, pandangan kabur/berkunang-kunang, jantung berdebar-debar, ingin muntah bahkan sampai sesak nafas yang merupakan manifestasi adanya mekanisme saling kompensasi yang gagal sistem kardiorespirasi. Naiknya kebutuhan oksigen oleh tubuh, sedikitnya kandungan oksigen dalam darah serta kerja jantung yang kurang dapat merespon dengan cepat aktifitas hemodinamik tubuh.

b. Teknologi Fisioterapi
1) Breathing Exercise
Adanya latihan nafas, diharapkan pertukaran oksigen dalam paru menjadi lebih lancar sehingga kadar oksigen dalam darah tinggi. Apabila tubuh melakukan suatu kerja maka kebutuhan suplai oksigen dipastikan akan meningkat pula. Oksigen yang dibutuhkan, dibawa oleh peredaran darah yang dikendalikan oleh jantung. Dengan kata lain kebutuhan oksigen tubuh dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar oksigen yang terkandung dalam aliran darah dan kelancaran aliran darah yang membawanya. Pada pasien paska operasi yang menggunakan biusan secara general biasanya kedua hal tersebut mengalami gangguan. Breathing Exercise dilakukan dengan tujuan peningkatan kadar oksigen dalam darah yang mana bila tubuh membutuhkan maka paru-paru tidak perlu meningkatkan frekuensi pernafasannya untuk memperbanyak kadar oksigen dalam darah. Apabila hal itu gagal/masih belum mencukupi maka, jantung harus mengkompensi kebutuhan tersebut dengan meningkatkan frekuensi pemompaaan (terasa berdebar-debar). Apabila keaadan diatas tidak mencukupi untuk mensuplai kebutuhan oksigen, maka yang terajadi adalah otak akan mengalami kekurangan oksigen sehingga terasa pusing. Dengan Breathing Exercise diharapkan semua kemungkinan timbulnya pusing (adanya Hipotensi Ortostatik) dapat dikurangi/hilang (Kisner, 1996 ).
2) Relaxed Passive Exercise
Gerakan pasif yang dilakukan oleh kekuatan dari luar atau terapis secara lambat, terus – menerus dan hanya pada batas nyeri. Jika penderita sudah merasa nyeri pada ROM tertentu maka gerakan harus dihentikan. Efek yang diperoleh dari relaxed passive movement adalah : memelihara ROM, mencegah kontraktur, memlihara integritas dari jaringan lunak dan elastisitas otot, meningkatkan sirkulasi darah vena, meningkatkan produksi cairan synovial dan nutrisi kartilago sendi, memelihara pola gerak,fungsional, mengurangi rasa nyeri ( Gardiner, 1981).
3) Free Active Exercise
Latihan gerak aktif merupkan gerakan yang terjadi akibat dari kerja otot – otot anggota tubuh itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu bantuan atau tahanan yang berasal dari luar, kecuali gravitasi. Efek yang dihasilkan dari terapi ini adalah : (1) mendidik system neuromuskuler, yaitu otot–otot yang sedang bekerja pada suatu gerakan dapat terangsang sehingga dapat membuat gerakan menjadi disadari, (2) merangsang daya ingat pasien dengan cara melihat gerakan yang dilakukan, (3) menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri pasien untuk berani menggerakkan anggota tubuh yang sakit tersebut, (4) memelihara dan meningkatakan LGS, (5) meningkatkan kekuatan otot ( Kisner, 1996 ).
4) Latihan Kesimbangan Duduk
Dilakukan sebagai persiapan pasien ke arah fungsionalnya, apabila pasien dapat duduk diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap orang lain dalam malakukan aktifitas, terutama perawatan diri.

No comments:

Post a Comment