Setelah dilakukan intervensi fisioterapi dengan menggunakan modalitas
terapi latihan berupa Breathing Exercise, Relaxed Passive Exercise, Free
Active Exercise dan edukasi belum didapatkan hasil yang optimal, mengingat
intervensi yang diberikan hanya satu kali. Belum didapatkannya hasil
pengurangan nyeri, kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang
diantaranya adalah proses penyembuhan luka operasi yang belum sempurna dimana
masih terjadi reaksi radang, handling terapis yang kurang mantap,
singkatnya sesi latihan yang berpengaruh terhadap dosis yang kurang adekuat
serta faktor kondisi pasien yang menyangkut semangat maupun kondisi tubuh yang
memang lemah/kelelahan.
Untuk pengurangan keluhan pusing serta perasaan bahwa tubuh pasien terasa
lebih enak setelah latihan menurut penulis dapat disebabkan oleh adanya
peningkatan suplai oksigen (nutrisi) yang saling berkorelasi dengan peningkatan
metabolisme tubuh pasien. Adanya peningkatan suplai oksigen melalui latihan
nafas menyebabkan tercukupinya kebutuhan oksigen tubuh sewaktu melakukan
kerja/aktifitas. Pusing terjadi karena kurangnya suplai oksigen
(nutrisi) ke otak, penurunan suplai tersebut dipengaruhi oleh turunnya aktifitas jantung yang merupakan efek dari pembiusan serta posisi pasien. Pasien berada dalam posisi tidur terlentang (tekanan perifer akan turun karena eliminasi gravitasi) dan aktifitas/kerja tubuh juga turun sehingga kebutuhan oksigen juga sedikit. Hal ini membuat jantung lebih ringan melakukan kerjanya, apabila ini berlangsung cukup lama maka respon adaptasi jantung terhadap aktifitas tubuh/setting parasimpatis jantung akan turun ambang rangsangnya. Adanya aktifitas (peningkatan tekanan perifer yang dalam hal ini adalah kerja/aktifitas tubuh dan peningkatan gaya gravitasi yang dalam hal ini adalah perubahan posisi) menyebabkan jantung lambat dalam merespon perubahan tersebut, tekanan darah akan naik namun suplai darah belum sampai ke otak sehingga akan kekurangan oksigen. Secara otomatis pula sistem parasimpatis tubuh memberikan intruksi ke jantung supaya mencukupi kebutuhan oksigen yang dibawa darah ke otak denga mempercepat frekuensi pemompaan (terasa berdebar-debar). Meskipun frekuensi pemompaan bertambah jika dalam darah sendiri kandungan oksigennya sedikit tentu masih belum dapat mencukupi kebutuhan. Secara otomatis paru-paru akan meningkatkan frekuensi pernafasannya supaya kandungan oksigen dalam darah bertambah banyak dengan tujuan mencukupi kebutuhan (terasa sesak nafas/bernafas cepat). Dengan pemberian Breathing Exercise diharapkan kandungan oksigen darah semakin banyak, sehingga frekuensi pemompaan jantung tidak bertambah terlalu banyak. Hal inilah yang diharapkan dapat merubah setting sistem parasimpatis jantung dalam merespon terjadinya perubahan posisi tubuh/aktifitas kerja tubuh. Respon tanggap rangsang/adaptasi yang cepat inilah yang harapkan sehingga pasien tidak mudah merasa pusing/berdebar-debar/cepat lelah dalam mlakukan aktifitas kerja/perubahan posisi tubuh.
(nutrisi) ke otak, penurunan suplai tersebut dipengaruhi oleh turunnya aktifitas jantung yang merupakan efek dari pembiusan serta posisi pasien. Pasien berada dalam posisi tidur terlentang (tekanan perifer akan turun karena eliminasi gravitasi) dan aktifitas/kerja tubuh juga turun sehingga kebutuhan oksigen juga sedikit. Hal ini membuat jantung lebih ringan melakukan kerjanya, apabila ini berlangsung cukup lama maka respon adaptasi jantung terhadap aktifitas tubuh/setting parasimpatis jantung akan turun ambang rangsangnya. Adanya aktifitas (peningkatan tekanan perifer yang dalam hal ini adalah kerja/aktifitas tubuh dan peningkatan gaya gravitasi yang dalam hal ini adalah perubahan posisi) menyebabkan jantung lambat dalam merespon perubahan tersebut, tekanan darah akan naik namun suplai darah belum sampai ke otak sehingga akan kekurangan oksigen. Secara otomatis pula sistem parasimpatis tubuh memberikan intruksi ke jantung supaya mencukupi kebutuhan oksigen yang dibawa darah ke otak denga mempercepat frekuensi pemompaan (terasa berdebar-debar). Meskipun frekuensi pemompaan bertambah jika dalam darah sendiri kandungan oksigennya sedikit tentu masih belum dapat mencukupi kebutuhan. Secara otomatis paru-paru akan meningkatkan frekuensi pernafasannya supaya kandungan oksigen dalam darah bertambah banyak dengan tujuan mencukupi kebutuhan (terasa sesak nafas/bernafas cepat). Dengan pemberian Breathing Exercise diharapkan kandungan oksigen darah semakin banyak, sehingga frekuensi pemompaan jantung tidak bertambah terlalu banyak. Hal inilah yang diharapkan dapat merubah setting sistem parasimpatis jantung dalam merespon terjadinya perubahan posisi tubuh/aktifitas kerja tubuh. Respon tanggap rangsang/adaptasi yang cepat inilah yang harapkan sehingga pasien tidak mudah merasa pusing/berdebar-debar/cepat lelah dalam mlakukan aktifitas kerja/perubahan posisi tubuh.
Singkatnya waktu dan pertemuan serta kondisi pasien yang baru 2 hari
paska operasi membuat penulis berpendapat bahwa target dan hasil yang dicapai
sudah cukup optimal. Fase penyembuhan luka operasi dan penyembuhan tulang yang
baru terjadi 2 hari merupakan faktor yang berpengaruh terhadap intervensi
fisioterapi. Adanya beberapa kontra indikasi gerakan menjadikan
latihan/intervensi yang diberikan serta
problematik yang muncul menjadi lebih sedikit. Beragam variasi teknik modalitas
Fisioterapi perlu mendapatkan perhatian ketepatan aplikasi. Ada beberapa hal
yang dapat mendukung peningkatan kondisi pasien, antara lain : (1) motivasi
pasien dan peran serta keluarga saat dilakukan terapi, (2) program fisioterapi
yang dilakukan secara rutin sebelum dan sesudahnya, (3) ketepatan dan
pelaksanaan edukasi yang diberikan oleh terapis. Sedangkan faktor yang dapat
menjadi kendala pemulihan pasien yaitu berjalannya terapi sesuai dengan suasana
hati pasien dan mengkin juga fisioterapisnya.
b.
Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan penyusun tulang (mc Rae,
1994). Hal ini dapat terjadi oleh karena trauma langsung, tidak langsung,
kelelahan tulang/karena proses patlogi pada tulang tersebut. Pada kondisi ini
terjadinya fraktur karena adanya trauma langsung pada tulsng klavikula 1/3
tengah kanan dan kiri dan mendapatkan tindakan pemasangan fiksasi Kirschner
Wire.
Problematika yang muncul pada kondisi ini adalah : (1) nyeri pada daerah
irisan operasi dan spasme otot Pektoralis serabut atas, (2) keterbatasan LGS
bahu kanan-kiri dan leher. Dan mengalami keterbatasan fungsional berupa
gangguan aktifias yang melibatkan fungsi lengan, misalnya : saat tidur miring,
bangun, aktifitas perawatan diri (memakai baju, makan, dll), berpegang dengan
tumpuan lengan, mengangkat barang, dll. Timbulnya masalah potensial yang berupa
kontraktur jaringan lunak sekitar sendi bahu, komplikasi bed rest lama
(hipotensi ortostatik, dekubitus) jika pasien tiduran terlalu lama, penurunan
kekuatan otot bahkan dapat sampai atropi.
Berdasarkan problematika yang dijumpai, maka tujuan jangka pendek
fisioterapi adalah (1) menjaga LGS bahu sesuai indiksi gerak (<90°), (2)
mencegah terjadinya problem potensial, (3) menjaga kondisi/kemampuan yang ada
jangan sampai turun dengan latihan Breathing Exercise, Relaxed Passive
Exercise, latihan duduk serta Free Active exercise. Sedangkan tujuan
jangka panjangnya adalah meningkatkan LGS sendi bahu dan kekuatan otot-otot
sekitar sendi bahu kanan-kiri.
Teknologi intervensi fisioterapi yang dipilih untuk mengatasi problematik
yang muncl pada kondisi diatas adalah terapi latihan berupa Breathing
Exercise, Relaxed Passive Exercise, Free Active exercise dan
edukasi. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan modalitas
fisioterapi di atas dapat membantu meskipun belum terlihat secara nyata mampu
mengatasi permasalahan tang timbul pada kondisi paska operasi pemasangan Kirschner
Wire akibat fraktur klavikula 1/3 tengah bilateral
Where to play Baccarat | Play Online Baccarat - FBCasino
ReplyDeleteLearn 바카라 사이트 how to play baccarat online at FBCasino Casino, where you can 카지노사이트 play casino games for real money. Sign up or Sign Up. 바카라 사이트 Play now.